PEMBIBITAN TERNAK ITIK
.
A. Menggunakan
Bibit Unggul
Untuk
mendapatkan produksi telur yang tinggi, harus dipilih bibit petelur yang
produktivitasnya sudah teruji baik dan dipelihara pada kondisi yang baik
juga.Penggunaan bibit yang unggul penting artinya sebab produksi telur seekor
itik dipengaruhi 30% oleh sifat genetic dan 70% lingkungannya. Kalau itik yang
dipelihara bukan termasuk jenis ternak yang unggul, walaupun pengelolaanya
dilakukan baik, produksi telur optimal akan sulit.
B.
Menyiapakan
Telur Tetas
1.
Membeli
Telur Tetas
Jika
ingin membeli telur tetas, kita harus membelinya dipeternakan yang memelihara
itiknya dengan sistem gembalaan atau
system pemeliharaan dikolam yang disertai pejantan.
Berapa banyak telur
yang harus dibeli? Pertanyaan ini timbul karena jumlah telur yang dibeli dengan
jumlah bibit yang direncanakan tidak sama. Ada beberapa pertimbangan sehingga
jumlah telur yang harus disediakan harus lebih banyak yakni :
1)
Persentase jumlah telur yang layak dipilih untuk ditetaskan sekitar 80%
dari jumlah telur yang dibeli, sedangkan 20%
sisanya biasanya infertil / tidak bagus.
2)
Perbandingan antara jumlah itik jantan dan betina yang menetas dari
sejumlah telur yang ditetaskan adalah 1: 1.
3)
Persentase telur yang menetas adalah 80%. Jadi, dari 100 butir telur
tetas yang ditetaskan hanya sekitar 80 butir saja yang berhasil menetas.
2.
Menghasilkan telur tetas sendiri
a. Seleksi induk
Mengenai pernadiangan ternak
jantan dan betina, menurut hasil penelitian, 1 pejantan sebainya membuahi 6-8
ekor betina. Tingakat pebandinagan ini dianggap terbaik karena dapat
menghasilkan telur yang berdaya tunas 75 - 83% dan berdaya tetas 80 – 87%.
Apabila digunakan perbandingan 1 pejantan untuk 1- 12 ekor betina, akan
dihasilkan telur dengan daya tunas 52 – 67% dan daya tetas 66 – 75%. Artinya
dari 100 butir telur yang dihasilkan ternak betina, hanya 52 – 67 butir saja
yang bertunas dan jika telur-telur ini ditetaskan, hanya 66 – 75% yang akan
menetas. Selain itu, untuk mendapatkan telur tetas yang ditunasi, pastikan
terjadinya perkawinan antara jantan dengan betina paling sedkit 2 minggu
pemeliharaan sebelum telur yang
dihasilkan kita tetaskan. Jadi, jangan menetaskan telur sebelum dua
minggu pemeliharaan.
Telur yang akan ditetaskan
tidak dapat diambil atau berasal dari sembarang induk. Untuk itu, ada beberapa
kriteria yagn harus dipenuhi.
1) Telur yang merupakan telur
pertama dari induk yang baru pertama kali bertelur tidak layak ditetaskan dan
dipakai sebgai bibit. Telur yang berasal dari induk dara yang masih muda
mempunyai kulit kerabang yang kelewat tipis.
2) Jangan memilih telur tetas
yang berasal dari induk yang sudah terlalu tua ( umur 3,5 tahun ). Telur yang
berasal dari induk yang terlalu tua biasanya kulit kerabangya tebal. Setelah
ditetaskan, telur ini akan menghasilkan anak anak itik yang kecil dengan
perkembangan tubuh yang lamban.
Telur
yang berasal dari induk yang baru saja pulih dari rontok bulu tidak bias
sipakai untuk bibit. Walaupun ukurannya besar, tetapi telur tersebut terlalu
banyak mengandung air dan kuning telurnya kecil. Sebaiknya, induk tersebut kita
tunggu sekitar sebulan lagi karena telura yang akan dihasilkan bagus untuk
ditetaskan. Telur tersebut mempunyai putih telur yang lebih kental dan kuning
telur yang besar.
Untuk mendapatkan telur tetas
yang tinggi, akan lebih baik jika telur tetas diambil dari kelompok itik yang
hasil telurnya sudah stabil, hasil telurnya sudah 70% dari jumlah populasi.
Maksudnya, jiak jumlah induk perkelompok ada 100 ekor maka hasil telurnya harus
sudah diatas 70 butir/hari. Dibawah
persentase ini, sebaiknya dipakai untuk tekur konsumsi saja.Biasanya dari 70
butir telur yang dihasilkan itu, setelah diseleksi, telur yang bagus dipakai
untuk bibit hanya sekitar 20 – 25 butir saja.
b. Seleksi telur
Telur tetas yang baik adalah telur
yang mempunyai kulit kerabang tidak terlalu tipis ataupun tebal,bentuknya normal ( bulat telur
merata, tidak terlalu bulat ataupun lonjong ), kondisinya utuh, dan beratnya
sikitar 65 gr/butir.Telur ini dihasilkan oleh induk yang berumur 1 – 2 tahun
dan telah ditunasi, baik secara alami ataupun pembuahan buatan. Selain itu,
kerabang telur harus bersih, bebas dari feces atau kotoran lain karena kotoran
dapat mengandung bakteri pembusuk yang dapat masuk kedalam telur melalui
pori-pori kerabang.
c. Menetaskan Telur
1.
Mengggunakan mesin tetas
Setelah inkubator siap dipakai dan
telur-telur siap ditetaskan, terlebih dahulu dibersihkan dengan jalan mengusap
serta menggosoknya pelan-pelan dengan kain lap yang dibasahi dengan air
hangat.Untuk memusnahkan kuman-kuman dari kerabang, sebaiknya telur difumigasi
terlebih dahulu dengan menggunakan formalin dan KMnO4.Setelah selesai, segera
susun telur-telur dalam rak dan siap dimasukkan kedalam incubator.
Pada saat kita membersihkan telur
itu, 3 jam sebelu telur dimasukkan, incubator harus sudah dipanaskan. Lampu
dinyalakan dan dimasukkan kedalam ruangan yang tersedia dibagian bawah
incubator harus dipanaskan.Lampu dinyalakan dan dimasukkan kedalam ruangan yang
tersedia dibagian bawah incubator.Lampu jangan sampai berasap.Bak air jangan
diisi dulu.Sementara itu, ventilasi ditutup rapat. Biasanya 2 – 3 jam kemudian
panasnya sudah mencapai 38° C yang merata diseluruh ruangan. Pada saat inilah,
telur yang telah tersusun dalam rak dimasukkan satu persatu sekalian thermometernya.
2.
Meneropong Telur
Sesudah 8 – 24 jam dalam incubator, telur diperiksa satu
persatu untuk mengetahui apakah mengandung zigot atau tidak. Caranaya, telur
dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang teropong yang
terbuat dari kertas biru atau hitam.Dengan teropong itu, kita intip bagian
dalam telur yang diarahkan kesinar lampu petromak atau sianr matahari sambil
menggoyang – goyangkan telur tersbut. Didalam telur yang subur / fertil akan
nampak benda bulat berwarna putih yang akan iktu goyang bila telur digoyang.
Telur yang tidak mengandung zigot berarti tidak subur dan tidak akan menetas
walaupun dibiarkan terus dalam incubator.
Pemeriksaan semacam ini diulang kembali pada hari kelima. Tujuannya
adalah untuk mengetahui ada tidaknya perkembangan zigot. Jika ada perkembangan,
akan tampak pembuluh – pembukuh darah berwarna kemerah – merahan seperti sarang
laba – laba bila diteropong. Untuk mengetahui embrio mati atau tidak,
peneropongan lagi dilakukan pada hari kedelapan.Kalau mati, pembuluh darah
tampak putus – putus. Apabila embrio hidup maka cabang – cabang pembuluh darah
akan tampak semakin jelas. Begitu pula pada hari ketiga belas dan delapan
belas.Amati terus pembuluh darahnya untuk mengetahui kehidupan embrio. Sealian
pembukuh darah seamkin subur, kulit telur pn akan tampak berwarana biru cerah.
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya
embrio mati masih dilakukan pada saat telur berumur 23 – 24 hari.Kalau sudah
terbiasa, telur akan terasa empuk serta licin dan bunyinya akan terpendam kalau
bersentuhan, pertanda bahwa embrio masih hidup.
Pada hari ke- 26 – 27 kegiatan kita
adalah mencari telur – telur yang perlu bantuan menjelang penetasannya.Telur –
telur yang dimaksud adalah telur yang kulitnya terlampau keras sehingga menyulitkan
anak itik untuk memecahkannya.Apabila dijumpai telur semacam ini buatkan lubang
tepat pada posisi paruh anak itik.Dengan
demikian, ketika paruh anak itik mematuk – matuk dan menembus selaput
telur, kulit menjadi mudah retak.
3.
Membalik Telur
Kegiatan lainnya dalam menetaskan
telur – telur tetas adalah membalik- balik telur dalam rak penetasan minimal 3
– 4 kali dalam sehari semalan. Kegiatan ini dilakukan sejak hari kedua sampai
hari kedua pulauh lima masa peetasan.
Kegiatan ini bertujuan agar embrio tergugah dan bergerak – gerak.Oleh karena
itu, pembalikan yang lebih sering dilakukan akan lebih baik. Pembalikan
dilakukan dengan cukup menyentuh permukaan tekur dan tekur akan bergulir
sendiri.
Selain membolak – balik telur, rak –
rak tersebut harus diselang – seling tempatnya.Caranya, rak paling atas
dipindah ke rak paling bawah rak nomor dua dari atas dipindah ke nomor dua dari
bawah demikain seterusnaya. Hal ini dilakukan 24 jam sekali sejak hari pertama
telur masuk incubator.
Jangan lupa pada hari kedua, bak
diisi air dengan hati – hati, jangan sampai tumpah.Bak ini perlu diperiksa
kondisinya setiap 3- 4 hari sekali.Segera ditambah air jika isinaya berkurang.
Hal lain yang tidak boleh terlupakan
suhu dalam incubator harus dijaga agar tetap dalam kisaran 38 - 39° C hingga
akhir masa penetasan. Jika suhu turun, lampu dibesarkan.Sebaliknaya, kalau suhu
meningkat, lampu dikecilkan.Namun, kalau suhu tetap rendah karena cuaca dingin
misalnya, tambahkan lampu satu lagi.
4.
Menjaga Kelembapan
Selanjutnya, hal lain yang perlu
juga dilakukan adalah menjaga pansa telur. Caranya dengan mengeluarkan rak rak
dari incubator dan memerciki telu – telu dengan air suam – suam kuku.Kemudian,
telur digoso – gosok agar basahnya merata.Lakukan hal ini sehari sekali pada
hari ke-16 sampai hari ke-24.Setelah umur 25 hari, kegiatan ini dilakukan dua
kali sehari agar panas telur dapat dikurangi.
Satu hal lagi yang juga tidak boleh
terlupakan dalah kelembapan dalam ruang incubator. Pada 24 jam pertama, telur
menuntut kelembapan 70%, setelah itu kelembapannya 60 – 65%. Adanaya butir –
butir air yang meleleh pada kaca pintu incubator merupakan suatu tanda bahwa
kelembapan terlalu tinggi.Untuk mengatasinya kaca dilap, ventilsi dibuka dan
bak air dikeluarkan sebentar.Namun bila terlalu kering tutuplah
ventilasinya.Hal ini dilakukan hingga telur menetas pada hari 26 – 28.
C. Merawat Anak Itik (DOD)
Meri (anak itik ) yang baru
menetasdiletakkan dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Beberapa jam
kemudian, setelah kuat berdiri dan bulu- bulunya kering, meri lalu dipindhkan
kekandang boks.
Untuk mempersiapkan alat penernaan,
meri yang baru menetas ini haru dipuasakan tanpa makan selama kurang lebih dua
hari.
1. Sexing
Dihari pertama meri menetas,
dilakukan sexing (penentuan jenis kelamin) yakni pemisahan anak itik bedasarkan
jenis kelamin. Ada beberapa cara yang sering dilakukan.
1). Membedakan jenis kelamin dengan melihat
bentuk fisiknya. Cara ini dilakukan tanpa memegang anak itik, tetapi dengan
mengamati bentuk fisiknaya.
Ciri khas anak itik
jantan : kepala dan badan lebih besar, paruh lebih melengkung cenderung
meruncing dan berwarna lebih gelap, warna bulu cenderung lebih gelap dari pada
anak itik betina, geraak – geraknya kurang aktif, lebih tenang.
Ciri – ciri anak itik
betina : kepala dan badannya lebih kecil, bulu lebih halus, serta paruhnya
lebih lebar dan berwarna terang . Tingkah laku anak betina lebih aktif.
2). Sexing dilakukan dengan memijat pangkal leher
dekat tembolok. Cara ini dikenal dengan voice sexing.Apabila suaranaya serak,
tandanya anak itik tersebut jantan, dan bila suaranya nyaring melengking
betina.
3). Hand Sexing, yaitu suatu metoda atau teknik dengan menggunakan
tangan untuk mengamati kloaka anak itik.Caranya anak itik dipegang dengan
tangan kiri, kemudian anak itik ditelentangkan sehingga posisi punggung berada
dibawah, sedangkan ekor terletak diantara jri kelingking dan dua jari lainnya.
Selanjutnya, tangan kanan digunakan untuk memeriksa dan membuka kloaka.Cara
membukanya dengan ibi jari dan telunjuk. Apabila kloaka ditekan kedalam atau
dipijit pada bagian tepinya dan keluar tonjolan berwarna putih terjuntai
runcing seperti akar kecambah kacang hiaju, berarti anak itik ini jantan ,
namun kalau tidak ada berarti betina.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono
, B. 1987. Membibitkan Itik Tegal Ala
Pasuruan Lor, Trubus
Windhayarti,
Sandhy. 1998. Beternak Itik Tanpa Air.
Penebar Swadaya. Depok