Rabu, 28 Mei 2014

Pembibitan Itik





PEMBIBITAN TERNAK ITIK

.     A.       Menggunakan Bibit Unggul
Untuk mendapatkan produksi telur yang tinggi, harus dipilih bibit petelur yang produktivitasnya sudah teruji baik dan dipelihara pada kondisi yang baik juga.Penggunaan bibit yang unggul penting artinya sebab produksi telur seekor itik dipengaruhi 30% oleh sifat genetic dan 70% lingkungannya. Kalau itik yang dipelihara bukan termasuk jenis ternak yang unggul, walaupun pengelolaanya dilakukan baik, produksi telur optimal akan sulit.
B.     Menyiapakan Telur Tetas
1.      Membeli Telur Tetas
Jika ingin membeli telur tetas, kita harus membelinya dipeternakan yang memelihara itiknya dengan sistem  gembalaan atau system pemeliharaan dikolam yang disertai pejantan.
Berapa banyak telur yang harus dibeli? Pertanyaan ini timbul karena jumlah telur yang dibeli dengan jumlah bibit yang direncanakan tidak sama. Ada beberapa pertimbangan sehingga jumlah telur yang harus disediakan harus lebih banyak yakni :
   1)  Persentase jumlah telur yang layak dipilih untuk ditetaskan sekitar 80% dari jumlah telur yang dibeli, sedangkan 20%  sisanya biasanya infertil / tidak bagus.
   2)  Perbandingan antara jumlah itik jantan dan betina yang menetas dari sejumlah telur yang ditetaskan adalah 1: 1.
   3)   Persentase telur yang menetas adalah 80%. Jadi, dari 100 butir telur tetas yang ditetaskan hanya sekitar 80 butir saja yang berhasil menetas.
       2.   Menghasilkan telur tetas sendiri
       a.   Seleksi induk
                   Mengenai pernadiangan ternak jantan dan betina, menurut hasil penelitian, 1 pejantan sebainya membuahi 6-8 ekor betina. Tingakat pebandinagan ini dianggap terbaik karena dapat menghasilkan telur yang berdaya tunas 75 - 83% dan berdaya tetas 80 – 87%. Apabila digunakan perbandingan 1 pejantan untuk 1- 12 ekor betina, akan dihasilkan telur dengan daya tunas 52 – 67% dan daya tetas 66 – 75%. Artinya dari 100 butir telur yang dihasilkan ternak betina, hanya 52 – 67 butir saja yang bertunas dan jika telur-telur ini ditetaskan, hanya 66 – 75% yang akan menetas. Selain itu, untuk mendapatkan telur tetas yang ditunasi, pastikan terjadinya perkawinan antara jantan dengan betina paling sedkit 2 minggu pemeliharaan sebelum telur yang  dihasilkan kita tetaskan. Jadi, jangan menetaskan telur sebelum dua minggu pemeliharaan.
                   Telur yang akan ditetaskan tidak dapat diambil atau berasal dari sembarang induk. Untuk itu, ada beberapa kriteria yagn harus dipenuhi.
            1)  Telur yang merupakan telur pertama dari induk yang baru pertama kali bertelur tidak layak ditetaskan dan dipakai sebgai bibit. Telur yang berasal dari induk dara yang masih muda mempunyai kulit kerabang yang kelewat tipis.
           2)   Jangan memilih telur tetas yang berasal dari induk yang sudah terlalu tua ( umur 3,5 tahun ). Telur yang berasal dari induk yang terlalu tua biasanya kulit kerabangya tebal. Setelah ditetaskan, telur ini akan menghasilkan anak anak itik yang kecil dengan perkembangan tubuh yang lamban.
                   Telur yang berasal dari induk yang baru saja pulih dari rontok bulu tidak bias sipakai untuk bibit. Walaupun ukurannya besar, tetapi telur tersebut terlalu banyak mengandung air dan kuning telurnya kecil. Sebaiknya, induk tersebut kita tunggu sekitar sebulan lagi karena telura yang akan dihasilkan bagus untuk ditetaskan. Telur tersebut mempunyai putih telur yang lebih kental dan kuning telur yang besar.
                   Untuk mendapatkan telur tetas yang tinggi, akan lebih baik jika telur tetas diambil dari kelompok itik yang hasil telurnya sudah stabil, hasil telurnya sudah 70% dari jumlah populasi. Maksudnya, jiak jumlah induk perkelompok ada 100 ekor maka hasil telurnya harus sudah diatas  70 butir/hari. Dibawah persentase ini, sebaiknya dipakai untuk tekur konsumsi saja.Biasanya dari 70 butir telur yang dihasilkan itu, setelah diseleksi, telur yang bagus dipakai untuk bibit hanya sekitar 20 – 25 butir saja.
       b.  Seleksi telur
            Telur tetas yang baik adalah telur yang mempunyai kulit kerabang tidak terlalu tipis ataupun      tebal,bentuknya normal ( bulat telur merata, tidak terlalu bulat ataupun lonjong ), kondisinya utuh, dan beratnya sikitar 65 gr/butir.Telur ini dihasilkan oleh induk yang berumur 1 – 2 tahun dan telah ditunasi, baik secara alami ataupun pembuahan buatan. Selain itu, kerabang telur harus bersih, bebas dari feces atau kotoran lain karena kotoran dapat mengandung bakteri pembusuk yang dapat masuk kedalam telur melalui pori-pori kerabang.
c.   Menetaskan Telur
       1.  Mengggunakan mesin  tetas
            Setelah inkubator siap dipakai dan telur-telur siap ditetaskan, terlebih dahulu dibersihkan dengan jalan mengusap serta menggosoknya pelan-pelan dengan kain lap yang dibasahi dengan air hangat.Untuk memusnahkan kuman-kuman dari kerabang, sebaiknya telur difumigasi terlebih dahulu dengan menggunakan formalin dan KMnO4.Setelah selesai, segera susun telur-telur dalam rak dan siap dimasukkan kedalam incubator.
            Pada saat kita membersihkan telur itu, 3 jam sebelu telur dimasukkan, incubator harus sudah dipanaskan. Lampu dinyalakan dan dimasukkan kedalam ruangan yang tersedia dibagian bawah incubator harus dipanaskan.Lampu dinyalakan dan dimasukkan kedalam ruangan yang tersedia dibagian bawah incubator.Lampu jangan sampai berasap.Bak air jangan diisi dulu.Sementara itu, ventilasi ditutup rapat. Biasanya 2 – 3 jam kemudian panasnya sudah mencapai 38° C yang merata diseluruh ruangan. Pada saat inilah, telur yang telah tersusun dalam rak dimasukkan satu persatu  sekalian thermometernya.
      2.   Meneropong Telur
            Sesudah 8 – 24  jam dalam incubator, telur diperiksa satu persatu untuk mengetahui apakah mengandung zigot atau tidak. Caranaya, telur dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang teropong yang terbuat dari kertas biru atau hitam.Dengan teropong itu, kita intip bagian dalam telur yang diarahkan kesinar lampu petromak atau sianr matahari sambil menggoyang – goyangkan telur tersbut. Didalam telur yang subur / fertil akan nampak benda bulat berwarna putih yang akan iktu goyang bila telur digoyang. Telur yang tidak mengandung zigot berarti tidak subur dan tidak akan menetas walaupun dibiarkan terus dalam incubator.
            Pemeriksaan semacam ini  diulang kembali pada hari kelima. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya perkembangan zigot. Jika ada perkembangan, akan tampak pembuluh – pembukuh darah berwarna kemerah – merahan seperti sarang laba – laba bila diteropong. Untuk mengetahui embrio mati atau tidak, peneropongan lagi dilakukan pada hari kedelapan.Kalau mati, pembuluh darah tampak putus – putus. Apabila embrio hidup maka cabang – cabang pembuluh darah akan tampak semakin jelas. Begitu pula pada hari ketiga belas dan delapan belas.Amati terus pembuluh darahnya untuk mengetahui kehidupan embrio. Sealian pembukuh darah seamkin subur, kulit telur pn akan tampak berwarana biru cerah.
            Pemeriksaan untuk mengetahui adanya embrio mati masih dilakukan pada saat telur berumur 23 – 24 hari.Kalau sudah terbiasa, telur akan terasa empuk serta licin dan bunyinya akan terpendam kalau bersentuhan, pertanda bahwa embrio masih hidup.
            Pada hari ke- 26 – 27 kegiatan kita adalah mencari telur – telur yang perlu bantuan menjelang penetasannya.Telur – telur yang dimaksud adalah telur yang kulitnya terlampau keras sehingga menyulitkan anak itik untuk memecahkannya.Apabila dijumpai telur semacam ini buatkan lubang tepat pada posisi paruh anak itik.Dengan  demikian, ketika paruh anak itik mematuk – matuk dan menembus selaput telur, kulit menjadi mudah retak.
    3.  Membalik  Telur
            Kegiatan lainnya dalam menetaskan telur – telur tetas adalah membalik- balik telur dalam rak penetasan minimal 3 – 4 kali dalam sehari semalan. Kegiatan ini dilakukan sejak hari kedua sampai hari kedua pulauh  lima masa peetasan. Kegiatan ini bertujuan agar embrio tergugah dan bergerak – gerak.Oleh karena itu, pembalikan yang lebih sering dilakukan akan lebih baik. Pembalikan dilakukan dengan cukup menyentuh permukaan tekur dan tekur akan bergulir sendiri.
            Selain membolak – balik telur, rak – rak tersebut harus diselang – seling tempatnya.Caranya, rak paling atas dipindah ke rak paling bawah rak nomor dua dari atas dipindah ke nomor dua dari bawah demikain seterusnaya. Hal ini dilakukan 24 jam sekali sejak hari pertama telur masuk incubator.
            Jangan lupa pada hari kedua, bak diisi air dengan hati – hati, jangan sampai tumpah.Bak ini perlu diperiksa kondisinya setiap 3- 4 hari sekali.Segera ditambah air jika isinaya berkurang.
            Hal lain yang tidak boleh terlupakan suhu dalam incubator harus dijaga agar tetap dalam kisaran 38 - 39° C hingga akhir masa penetasan. Jika suhu turun, lampu dibesarkan.Sebaliknaya, kalau suhu meningkat, lampu dikecilkan.Namun, kalau suhu tetap rendah karena cuaca dingin misalnya, tambahkan lampu satu lagi.
   4.  Menjaga Kelembapan
            Selanjutnya, hal lain yang perlu juga dilakukan adalah menjaga pansa telur. Caranya dengan mengeluarkan rak rak dari incubator dan memerciki telu – telu dengan air suam – suam kuku.Kemudian, telur digoso – gosok agar basahnya merata.Lakukan hal ini sehari sekali pada hari ke-16 sampai hari ke-24.Setelah umur 25 hari, kegiatan ini dilakukan dua kali sehari agar panas telur dapat dikurangi.
            Satu hal lagi yang juga tidak boleh terlupakan dalah kelembapan dalam ruang incubator. Pada 24 jam pertama, telur menuntut kelembapan 70%, setelah itu kelembapannya 60 – 65%. Adanaya butir – butir air yang meleleh pada kaca pintu incubator merupakan suatu tanda bahwa kelembapan terlalu tinggi.Untuk mengatasinya kaca dilap, ventilsi dibuka dan bak air dikeluarkan sebentar.Namun bila terlalu kering tutuplah ventilasinya.Hal ini dilakukan hingga telur menetas pada hari 26 – 28.
C.  Merawat Anak Itik (DOD)
            Meri (anak itik ) yang baru menetasdiletakkan dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Beberapa jam kemudian, setelah kuat berdiri dan bulu- bulunya kering, meri lalu dipindhkan kekandang boks.
            Untuk mempersiapkan alat penernaan, meri yang baru menetas ini haru dipuasakan tanpa makan selama kurang lebih dua hari.
1.  Sexing
            Dihari pertama meri menetas, dilakukan sexing (penentuan jenis kelamin) yakni pemisahan anak itik bedasarkan jenis kelamin. Ada beberapa cara yang sering dilakukan.
1).  Membedakan jenis kelamin dengan melihat bentuk fisiknya. Cara ini dilakukan tanpa memegang anak itik, tetapi dengan mengamati bentuk fisiknaya.
Ciri khas anak itik jantan : kepala dan badan lebih besar, paruh lebih melengkung cenderung meruncing dan berwarna lebih gelap, warna bulu cenderung lebih gelap dari pada anak itik betina, geraak – geraknya kurang aktif, lebih tenang.
Ciri – ciri anak itik betina : kepala dan badannya lebih kecil, bulu lebih halus, serta paruhnya lebih lebar dan berwarna terang . Tingkah laku anak betina lebih aktif.
2).  Sexing dilakukan dengan memijat pangkal leher dekat tembolok. Cara ini dikenal dengan voice sexing.Apabila suaranaya serak, tandanya anak itik tersebut jantan, dan bila suaranya nyaring melengking betina.
   3). Hand Sexing, yaitu suatu metoda atau teknik dengan menggunakan tangan untuk mengamati kloaka anak itik.Caranya anak itik dipegang dengan tangan kiri, kemudian anak itik ditelentangkan sehingga posisi punggung berada dibawah, sedangkan ekor terletak diantara jri kelingking dan dua jari lainnya. Selanjutnya, tangan kanan digunakan untuk memeriksa dan membuka kloaka.Cara membukanya dengan ibi jari dan telunjuk. Apabila kloaka ditekan kedalam atau dipijit pada bagian tepinya dan keluar tonjolan berwarna putih terjuntai runcing seperti akar kecambah kacang hiaju, berarti anak itik ini jantan , namun kalau tidak ada berarti betina. 

 DAFTAR PUSTAKA

Sarwono , B. 1987. Membibitkan Itik Tegal Ala Pasuruan Lor, Trubus

Windhayarti, Sandhy. 1998. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Depok